Jumat, 29 Mei 2009

Seni Budaya

Pemberdayaan Pelaku Seni Budaya Daerah dan Menghindarkan Generasi Melupakan Budaya Sendiri

Perbedaan kultur dan budaya bangsa-bangsa di dunia merupakan media komunikasi dan alat pembelajaran penelusuran sejarah kehidupan. Masing-masing budaya bangsa menjelaskan bagaimana suatu bangsa berproses menjadi sebuah negara, serta bagaimana bangsa tersebut mengembangkan kehidupannya dengan budaya yang dimilikinya. Karakteristik suatu bangsa sangat jelas terlihat dari kultur budayanya, sehingga terdapat penggalan jelas antara kultur budaya timur dan kultur budaya barat.

Era globalisasi dan pesatnya perkembangan media informasi dunia, menyebabkan karakteristik budaya negara-negara di dunia terpolarisasi, dan akhirnya mengkristal menjadi budaya milenia yang merupakan serapan budaya barat. Tidak nampak lagi adi luhung yang mencerminkan keistimewaan budaya masing-masing negara, perkembangan kehidupan terarah kepada pengakuan budaya barat melalui domonasi media dunia, dampaknya generasi penerus bangsa-bangsa di dunia tidak lagi mengapresiasi budaya bangsanya sendiri, dan kultur budaya bangsa hanya sebagai referensi sejarah dan tontotan opera. Mereka merasa asing dengan budayanya sendiri, sementara budaya barat menjadi live style yang menglobal.

Mengenal dan mengapresiasi kultur budaya bangsa melalui produk budayanya, merupakan metoda yang efektif untuk mempertahankan karakteristik dan jati diri bangsa, serta merupakan bentuk pemeliharaan filosofi kehidupan bangsa. Selain itu pemeliharaan seni budaya bangsa bermanfaat sebagai penelusuran sejarah melalui fakta empiris yang membentuk bangsa ini dapat bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan.

Indonesia sebagai bangsa yang dibangun dengan berbagai macam kebudayaan daerah, dan dilandaskan kepada budaya saling menghormati perbedaan, telah mencapai tahap pembangunan bangsa yang mensejahterakan rakyatnya. Namun setelah tingkat penyerapan budaya asing begitu besar, dan filosofi budaya asing terserap sangat mendasar melalui “filosofi kebebasan individual” telah memporakporandakan kehidupan berbangsa. Hampir seluruh aspek kehidupan tidak lagi menghargai nilai-nilai budaya lokal dan norma, namun lebih mengedepankan nilai-nilai material. Sehingga kehormatan manusia diukur dengan angka-angka, dan tujuan hidup terbatas sejumlah harta.

Memperbaiki kualitas kehidupan bangsa yang didasari oleh karakteristik budaya bangsa Indonesia yang luhur, yang mengedepankan jiwa gotong royong untuk menyelesaikan berbagai persoalan kebangsaan, harus diawali dari aspek pendidikan formal dan dikembangkan pada generasi muda dan usia dini. Sehingga pembelajaran budaya sejatinya diakomodasi melalui kurikulum sekolah.

Pengembangan kurikulum seni budaya bangsa, hendaknya diawali dengan penjelasan filosofi budaya, dan diikuti dengan pembelajaran apresiatif terhadap produk seni budaya daerah. Satuan pelajaran yang tidak menjelaskan filosofi, pada akhirnya materi pelajaran tersebut hanya akan menjadi materi pelajaran hapalan, yang sangat rentan dengan kealpaan. Pembelajaran filosofi budaya ini diperlukan sebab seni budaya daearah sering kali dikemas dalam simbol-simbol filsafat, sedangkan upaya pencapaian tingkat apresiasi yang tinggi terhadap seni budaya bangsa oleh generasi muda, diperlukan tenaga ahli bidang terkait untuk merealisasikannya.

Propinsi Jawa Barat yang memiliki karakteristik daerah religius dan ditopang dengan budaya bermasyarakat yang luhur, serta memilki filosofi kehidupan bermasyarakat yang tinggi. Hal ini tercermin dari produk budaya tradisional daerah, seperti Kecapi Suling, wayang golek, berbagai upacara adat, seni teater, seni rupa, seni batik, dan jenis seni budaya lain, ditenggarai memiliki filosofi kehidupan yang tinggi, dimana nilai-nilai filosofi tersebut dikemas dengan simbol-simbol warna, simbol gerak, simbol suara, serta simbol ungkapan dan sindiran yang mencerminkan pepatah dan petunjuk hidup dan kehidupan masyarakat tatar sunda. Nilai-nilai filosofi tersebut perlu digali dan dipahami oleh segenap masyarakat Sunda, terutama generasi penerus Bangsa, sehingga mereka mengerti secara benar makna kehidupan Pasundan yang berlandaskan keseimbangan antara perilaku manusia dengan putaran waktu dan sistem alam semesta.

Para sesepuh tatar sunda (Pasundan) yang konsisten terhadap budayanya, dan beberapa penerusnya ternyata memiliki hambatan dalam menyebar luaskan makna filosofi serta dalam memasyarakatkan produk seni dan budaya Sunda tersebut, sebab terkendala oleh berbagai sarana dan prasarana yang tidak memungkinkan mereka untuk melakukan aktifitasnya. Kendala terbesar yang dihadapi mereka adalah keterbatasan dana, dimana pelaku seni budaya sunda, dan sesepuh pemelihara seni budaya sunda berada pada golongan ekonomi rendah, sehingga mereka lebih berkonsentrasi pada pemenuhan kehidupan keluarga. Keadaan ini menunjukankan bahwa produk seni dan budaya daerah belum menjadi sarana penghidupan para pelaku seni budaya, sehingga pengembangan seni budayadi daerah relatif terhambat. Kenyataan di atas mengakibatkan regenerasi budaya tidak tercapai dengan sempurna dan generasi muda lebih bebas mengapresiasi seni budaya asing, sebab produk seni budaya asing memperoleh tempat yang luas melalui berbagai penyebaran media massa, dan pengembangan produk seni budaya asing dapat dijadikan sebagai sumber perolehan pendapatan bagi para pelakunya.

Menumbuhkan kesiapan para pelaku seni budaya daerah untuk mewariskan nilai-nilai seni budaya diperlukan media yang efektif, disamping memberikan penghidupan bagi mereka. Media yang dipandang potensial untuk meningkatkan penghidupan para pelaku seni budaya dan sebagai sarana peningkatan pemahaman filosofi kehidupan budaya daerah bagi generasi muda, adalah mengakomodasi pendidikan budaya daerah dalam kurikulum sekolah, yang disertai dengan fasilitas apresiasi seni budaya pada laboratorium seni budaya disekolah bersangkutan.

Pengembangan Kurikulum seni budaya daerah yang disertai laboratorium apresiasi seni budaya, dimana pendidiknya adalah pelaku seni budaya daerah, akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan pelaku seni budaya, dan terpeliharanya karakteristik budaya daerah dari pengaruh budaya asing yang relatif tidak cocok dengan perilaku kehidupan bermasyarakat.

Merealisasikan kurikulum seni budaya daerah di sekolah (SD, SMP, SMU) yang diimplementasikan oleh para pelaku seni daerah, memerlukan perencanaan yang matang dan seksama, agar penetapan kurikulum seni budaya menghasilkan metoda pembelajaran seni budaya daerah yang terserap dengan baik oleh peserta didik, serta berpengaruh terhadap perubahan perilaku generasi positif yang diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar